Hasil Analisis Korelasi dan Regresi Ganda untuk X1 dan X2 dengan Y
dengan Program SPSS
TABEL I
HASIL ANALISIS KORELASI X1 DAN X2 TERHADAP Y
|
Motivasi (X1)
|
Insentif (X2)
|
Kinerja (Y)
|
|
Motivasi
|
Pearson
Correlation
|
1
|
,574(**)
|
,543(**)
|
|
Sig.
(1-tailed)
|
|
,000
|
,000
|
|
N
|
45
|
45
|
45
|
Insentif
|
Pearson
Correlation
|
,574(**)
|
1
|
,649(**)
|
|
Sig.
(1-tailed)
|
,000
|
|
,000
|
|
N
|
45
|
45
|
45
|
Kinerja
|
Pearson
Correlation
|
,543(**)
|
,649(**)
|
1
|
|
Sig.
(1-tailed)
|
,000
|
,000
|
|
|
N
|
45
|
45
|
45
|
** Correlation is significant at the 0.01 level
(1-tailed).
TABEL IV. 20
HASIL ANALISIS KORELASI GANDA X1 DAN X2 TERHADAP Y
Model Summary(b)
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
Change Statistics
|
||||
R Square Change
|
F Change
|
df1
|
df2
|
Sig. F Change
|
|||||
1
|
,681(a)
|
,464
|
,439
|
7,53300
|
,464
|
18,188
|
2
|
42
|
,000
|
a Predictors: (Constant), Insentif, Motivasi
b Dependent Variable: Kinerja
TABEL. 2
HASIL RINGKASAN ANAVA UNTUK
UJI SIGNIFIKANSI
ANOVA(b)
Model
|
Sum of Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
||
1
|
Regression
|
2064,165
|
2
|
1032,082
|
18,188
|
,000(a)
|
|
|
Residual
|
2383,335
|
42
|
56,746
|
|
|
|
|
Total
|
4447,500
|
44
|
|
|
|
|
a Predictors: (Constant), Insentif, Motivasi
b Dependent Variable: Kinerja
TABEL. 3
HASIL ANALISIS REGRESI GANDA X1 DAN X2 TERHADAP Y
Coefficients(a)
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
Correlations
|
||||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
Zero-order
|
Partial
|
Part
|
||||
1
|
(Constant)
|
12,749
|
6,414
|
|
1,988
|
,053
|
|
|
|
|
Motivasi
|
,257
|
,139
|
,255
|
1,845
|
,072
|
,543
|
,274
|
,208
|
|
Insentif
|
,487
|
,134
|
,503
|
3,643
|
,001
|
,649
|
,490
|
,412
|
a Dependent Variable: Kinerja
1.
Interpretasi
Hasil Pengujian Hipotesis
a. Ada determinasi yang signifikan antara
motivasi terhadap kinerja Pegawai
Tabel iv. 19 dapat diketahui bahwa besarnya determinasi variabel
motivasi (X1) terhadap kinerja pegawai (Y) yang dihitung dengan koefesien
korelasi adalah 0,543 (rx1y = 0,543). Hal ini
menunjukkan determinasi yang cukup kuat antara variabel motivasi terhadap
kinerja pegawai. Untuk tingkat signifikansi koefesien korelasi satu sisi
(1-tailed) dengan program SPSS versi 13 menghasilkan angka sebesar 0,00 dan
karena probabilitas jauh dari 0,01 atau 0,05, maka determinasi variabel
motivasi terhadap kinerja pegawai signifikan.
Berdasarkan tabel iv. 21 dari uji anova atau F test diperolah
angka F hitung sebesar 18.188 dengan tingkat signifikansi 0,000 karena
probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, sehingga model regresi dapat
dipakai untuk memprediksi kinerja pegawai.
Tabel iv.22 menggambarkan
persamaan regresi Ŷ = a+b1.X1, dimana Y = 12.749 + 0,255X1. Konstanta sebesar 12.749
menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel motivasi (X1),
maka nilai kinerja pegawai (Y) adalah 12.749. Koefesien regresi sebesar 0,255
menyatakan bahwa setiap penambahan nilai motivasi akan memberikan peningkatan
sebesar 0,255.
Uji-t untuk menguji signifikansi konstanta dari variabel dependent
(kinerja pegawai. Kriteria uji koefesien regresi dari variabel motivasi
terhadap kinerja pegawai hipotesis awalnya adalah “ Ada determinasi yang
signifikan antara motivasi dengan kinerja pegawai”.
Dasar pengambilan keputusan dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel. Nilai t hitung yang diambil pada tabel iv. 22
adalah 1,845 sedangkan nilai t tabel dengan taraf
signifikansi α = 0,05 dk = n-2 (45-2 = 43), diperoleh t tabel sebesar
1,684.
Keputusan
terhadap hipotesis awal karena nilai t hitung > t tabel , atau (1,845 >
1,684) dan berarti koofesien regresi signifikan,
maka hipotesis awal diterima yang berarti motivasi cukup berdeterminasi secara
signifikan terhadap kinerja pegawai.
b. Ada determinasi yang signifikan antara
insentif terhadap kinerja Pegawai
Tabel iv. 19 dapat diketahui bahwa besarnya determinasi variabel
insentif (X2) terhadap kinerja pegawai (Y) yang dihitung dengan koefesien
korelasi adalah 0,649 (rx2y = 0,649). Hal ini
menunjukkan determinasi yang kuat antara variabel insentif terhadap kinerja
pegawai. Untuk tingkat signifikansi koefesien korelasi satu sisi (1-tailed)
dengan program SPSS versi 13 menghasilkan angka sebesar 0,00 dan karena
probabilitas jauh dari 0,01 atau 0,05, maka determinasi variabel motivasi
terhadap kinerja pegawai signifikan.
Berdasarkan tabel iv. 21 dari uji anova atau F test diperolah
angka F hitung sebesar 18.188 dengan tingkat signifikansi 0,000 karena
probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, sehingga model regresi dapat
dipakai untuk memprediksi kinerja pegawai.
Tabel iv.22 menggambarkan
persamaan regresi Ŷ = a+b2.X2, dimana Y = 12.749 + 0,503X2. Konstanta sebesar 12.749
menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel insentif (X2), maka nilai kinerja pegawai (Y) adalah 12.749.
Koefesien regresi sebesar 0,503 menyatakan bahwa setiap penambahan nilai
insentif akan memberikan peningkatan sebesar 0,503.
Uji-t untuk menguji signifikansi konstanta dari variabel dependent
(kinerja pegawai. Kriteria uji koefesien regresi dari variabel insentif
terhadap kinerja pegawai hipotesis awalnya adalah “ Ada determinasi yang
signifikan antara insentif dengan kinerja pegawai”.
Dasar pengambilan keputusan dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel. Nilai t hitung yang diambil pada tabel iv. 22
adalah 3,643 sedangkan nilai t tabel dengan taraf
signifikansi α = 0,05 dk = n-2 (45-2 = 43), diperoleh t tabel sebesar
1,684.
Keputusan
terhadap hipotesis awal karena nilai t hitung > t tabel, atau (3,643 >
1,684) dengan tingkat signifikansi 0,001 karena
probabilitas (0,001) jauh lebih kecil dari 0,05 dan berarti koofesien regresi
signifikan, maka hipotesis awal diterima yang berarti insentif
benar-benar berdeterminasi secara signifikan terhadap kinerja pegawai.
Hasil
perhitungan diketahui bahwa variabel insentif pengaruhnya (deteminan) terhadap
kinerja pegawai lebih besar dibandingkan dengan variabel motivasi yaitu
insentif t hitungnya 3,684 lebih besar dari pada motivasi t hitungnya 1,845.
Dari hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa pegawai di Bappeda Kota Cimahi
akan lebih kinerjanya bila insentif dijalankan dengan baik dibandingkan dengan
pemotivasian dari pimpinan atau organisasi. Hal ini sangat wajar mengingat kinerja
pegawai akan baik jika kebutuhan baik yang bersifat materi maupun non materi
dari pegawai sudah terpenuhi dibandingkan dengan pemotivasian atau dorongan
yang dilakukan oleh pimpinan. Untuk itu dalam mencapai kinerja pegawai yang
diharapkan oleh organisasi, maka sistem insentif harus dilaksanakan dengan baik
dan proporsional.
c. Ada korelasi yang signifikan antara motivasi
dan insentif
Berdasarkan tabel iv. 19 diketahui besarnya hubungan antara
variabel motivasi (X1) dengan insentif (X2) yang dihitung dengan program SPSS
versi 13 adalah 0,574 (rx1x2 = 0,649). Hal ini menunjukkan
determinasi yang kuat diantara variabel motivasi dan insentif. Tingkat
signifikansi koefesien satu sisi (1-tailed) diukur dari probabilitas diperoleh
angka sebesar 0,000, karena probabilitas jauh di bawah 0,05, maka korelasi
antara variabel motivasi dan insentif adalah signifikan.
d. Ada determinasi yang signifikan antara motivasi dan insentif
secara simultan terhadap kinerja pegawai
Berdasarkan analisis pada tabel iv. 20 diketahui R square sebesar
0,464. R square disebut koefesien diterminasi yang dalam hal ini berarti
kontribusi variabel motivasi dan insentif terhadap kinerja pegawai 46,40 % dan
sisanya 53,60 % dipengaruhi variabel lain. R square berkisar dari 0 – 1 dengan
catatan semakin kecil angka R square berarti
semakin lemah korelasi kedua variabel tersebut.
Berdasarkan tabel iv. 21 dari uji anova atau F test diperolah
angka F hitung sebesar 18.188 dengan tingkat signifikansi 0,000 karena
probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, sehingga model regresi dapat
dipakai untuk memprediksi kinerja pegawai.
Pengujian determinasi motivasi dan insentif terhadap kinerja
pegawai dengan persamaan regresi ganda. Dan diperoleh F hitung sebesar 47,693 sedangkan F tabel dengan
ketentuan taraf signifikan: α = 0,05; (1
– α) (dk=k), (dk=n-k-1); (1 - 0,05) (2, 42) didapat F tabel = 3,22
(interpolasi). Jadi hipotesis awal diterima yang berarti motivasi dan insentif
benar-benar berdeterminasi secara signifikan terhadap kinerja pegawai.
No comments:
Post a Comment