Tuesday, 17 November 2015

Contoh Analisis interpretasi korelasi dan regresi

Hasil Analisis Korelasi dan Regresi Ganda untuk X1 dan X2 dengan Y dengan Program SPSS

TABEL I
HASIL ANALISIS KORELASI X1 DAN X2 TERHADAP Y




Motivasi (X1)
Insentif (X2)
Kinerja (Y)
Motivasi
Pearson Correlation
1
,574(**)
,543(**)

Sig. (1-tailed)

,000
,000

N
45
45
45
Insentif
Pearson Correlation
,574(**)
1
,649(**)

Sig. (1-tailed)
,000

,000

N
45
45
45
Kinerja
Pearson Correlation
,543(**)
,649(**)
1

Sig. (1-tailed)
,000
,000


N
45
45
45
**  Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).


TABEL IV. 20
HASIL ANALISIS KORELASI GANDA X1 DAN X2 TERHADAP Y

Model Summary(b)

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics
R Square Change
F Change
df1
df2
Sig. F Change
1
,681(a)
,464
,439
7,53300
,464
18,188
2
42
,000
a  Predictors: (Constant), Insentif, Motivasi
b  Dependent Variable: Kinerja



  
TABEL.  2
HASIL RINGKASAN ANAVA UNTUK UJI SIGNIFIKANSI
                                                                                ANOVA(b)

Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
2064,165
2
1032,082
18,188
,000(a)

Residual
2383,335
42
56,746



Total
4447,500
44



a  Predictors: (Constant), Insentif, Motivasi
b  Dependent Variable: Kinerja


TABEL. 3
HASIL ANALISIS REGRESI GANDA X1 DAN X2 TERHADAP Y

Coefficients(a)

Model


Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t

Sig.

Correlations

B
Std. Error
Beta
Zero-order
Partial
Part
1
(Constant)
12,749
6,414

1,988
,053




Motivasi
,257
,139
,255
1,845
,072
,543
,274
,208

Insentif
,487
,134
,503
3,643
,001
,649
,490
,412
a  Dependent Variable: Kinerja


1.        Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis
a.     Ada determinasi yang signifikan antara motivasi terhadap kinerja Pegawai
Tabel iv. 19 dapat diketahui bahwa besarnya determinasi variabel motivasi (X1) terhadap kinerja pegawai (Y) yang dihitung dengan koefesien korelasi adalah 0,543 (rx1y = 0,543). Hal ini menunjukkan determinasi yang cukup kuat antara variabel motivasi terhadap kinerja pegawai. Untuk tingkat signifikansi koefesien korelasi satu sisi (1-tailed) dengan program SPSS versi 13 menghasilkan angka sebesar 0,00 dan karena probabilitas jauh dari 0,01 atau 0,05, maka determinasi variabel motivasi terhadap kinerja pegawai signifikan.
Berdasarkan tabel iv. 21 dari uji anova atau F test diperolah angka F hitung sebesar 18.188 dengan tingkat signifikansi 0,000 karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, sehingga model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kinerja pegawai.
Tabel iv.22  menggambarkan persamaan regresi Ŷ = a+b1.X1, dimana Y = 12.749 + 0,255X1.  Konstanta  sebesar 12.749 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel motivasi (X1), maka nilai kinerja pegawai (Y) adalah 12.749. Koefesien regresi sebesar 0,255 menyatakan bahwa setiap penambahan nilai motivasi akan memberikan peningkatan sebesar 0,255.
Uji-t untuk menguji signifikansi konstanta dari variabel dependent (kinerja pegawai. Kriteria uji koefesien regresi dari variabel motivasi terhadap kinerja pegawai hipotesis awalnya adalah “ Ada determinasi yang signifikan antara motivasi dengan kinerja pegawai”.
Dasar pengambilan keputusan dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel. Nilai t hitung yang diambil pada tabel iv. 22 adalah 1,845 sedangkan nilai t tabel dengan taraf signifikansi α = 0,05 dk = n-2 (45-2 = 43), diperoleh t tabel sebesar 1,684.
Keputusan terhadap hipotesis awal karena nilai t hitung > t tabel , atau (1,845 > 1,684) dan berarti koofesien regresi signifikan, maka hipotesis awal diterima yang berarti motivasi cukup berdeterminasi secara signifikan terhadap kinerja pegawai.

b.    Ada determinasi yang signifikan antara insentif terhadap kinerja Pegawai
Tabel iv. 19 dapat diketahui bahwa besarnya determinasi variabel insentif (X2) terhadap kinerja pegawai (Y) yang dihitung dengan koefesien korelasi adalah 0,649 (rx2y = 0,649). Hal ini menunjukkan determinasi yang kuat antara variabel insentif terhadap kinerja pegawai. Untuk tingkat signifikansi koefesien korelasi satu sisi (1-tailed) dengan program SPSS versi 13 menghasilkan angka sebesar 0,00 dan karena probabilitas jauh dari 0,01 atau 0,05, maka determinasi variabel motivasi terhadap kinerja pegawai signifikan.
Berdasarkan tabel iv. 21 dari uji anova atau F test diperolah angka F hitung sebesar 18.188 dengan tingkat signifikansi 0,000 karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, sehingga model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kinerja pegawai.
Tabel iv.22  menggambarkan persamaan regresi Ŷ = a+b2.X2, dimana Y = 12.749 + 0,503X2.  Konstanta  sebesar 12.749 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel insentif (X2), maka nilai kinerja pegawai (Y) adalah 12.749. Koefesien regresi sebesar 0,503 menyatakan bahwa setiap penambahan nilai insentif akan memberikan peningkatan sebesar 0,503.
Uji-t untuk menguji signifikansi konstanta dari variabel dependent (kinerja pegawai. Kriteria uji koefesien regresi dari variabel insentif terhadap kinerja pegawai hipotesis awalnya adalah “ Ada determinasi yang signifikan antara insentif dengan kinerja pegawai”.
Dasar pengambilan keputusan dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel. Nilai t hitung yang diambil pada tabel iv. 22 adalah 3,643 sedangkan nilai t tabel dengan taraf signifikansi α = 0,05 dk = n-2 (45-2 = 43), diperoleh t tabel sebesar 1,684.
Keputusan terhadap hipotesis awal karena nilai t hitung > t tabel, atau (3,643 > 1,684) dengan tingkat signifikansi 0,001 karena probabilitas (0,001) jauh lebih kecil dari 0,05 dan berarti koofesien regresi signifikan, maka hipotesis awal diterima yang berarti insentif benar-benar berdeterminasi secara signifikan terhadap kinerja pegawai.
Hasil perhitungan diketahui bahwa variabel insentif pengaruhnya (deteminan) terhadap kinerja pegawai lebih besar dibandingkan dengan variabel motivasi yaitu insentif t hitungnya 3,684 lebih besar dari pada motivasi t hitungnya 1,845. Dari hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa pegawai di Bappeda Kota Cimahi akan lebih kinerjanya bila insentif dijalankan dengan baik dibandingkan dengan pemotivasian dari pimpinan atau organisasi. Hal ini sangat wajar mengingat kinerja pegawai akan baik jika kebutuhan baik yang bersifat materi maupun non materi dari pegawai sudah terpenuhi dibandingkan dengan pemotivasian atau dorongan yang dilakukan oleh pimpinan. Untuk itu dalam mencapai kinerja pegawai yang diharapkan oleh organisasi, maka sistem insentif harus dilaksanakan dengan baik dan proporsional.


c.    Ada korelasi yang signifikan antara motivasi dan insentif
Berdasarkan tabel iv. 19 diketahui besarnya hubungan antara variabel motivasi (X1) dengan insentif (X2) yang dihitung dengan program SPSS versi 13 adalah  0,574 (rx1x2 = 0,649). Hal ini menunjukkan determinasi yang kuat diantara variabel motivasi dan insentif. Tingkat signifikansi koefesien satu sisi (1-tailed) diukur dari probabilitas diperoleh angka sebesar 0,000, karena probabilitas jauh di bawah 0,05, maka korelasi antara variabel motivasi dan insentif adalah signifikan.
d.     Ada determinasi yang signifikan antara motivasi dan insentif secara simultan terhadap kinerja pegawai

Berdasarkan analisis pada tabel iv. 20 diketahui R square sebesar 0,464. R square disebut koefesien diterminasi yang dalam hal ini berarti kontribusi variabel motivasi dan insentif terhadap kinerja pegawai 46,40 % dan sisanya 53,60 % dipengaruhi variabel lain. R square berkisar dari 0 – 1 dengan catatan semakin kecil angka R square berarti semakin lemah korelasi kedua variabel tersebut.
Berdasarkan tabel iv. 21 dari uji anova atau F test diperolah angka F hitung sebesar 18.188 dengan tingkat signifikansi 0,000 karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, sehingga model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kinerja pegawai.

Pengujian determinasi motivasi dan insentif terhadap kinerja pegawai dengan persamaan regresi ganda. Dan diperoleh F hitung  sebesar 47,693 sedangkan F tabel  dengan ketentuan taraf signifikan:  α = 0,05; (1 – α) (dk=k), (dk=n-k-1); (1 - 0,05) (2, 42) didapat  F tabel = 3,22 (interpolasi). Jadi hipotesis awal diterima yang berarti motivasi dan insentif benar-benar berdeterminasi secara signifikan terhadap kinerja pegawai.

No comments:

Post a Comment