Tingkatan
Pemberdayaan
Agar
kita dapat melakukan analisis dan pemahaman yang tepat mengenai pemberdayaan,
harus dipahami dulu kerangka konseptual mengenai lingkup dan tingkatan pemberdayaan. Dari kajian-kajian empiris
pelaksanaan pemberdayaan di masyarakat,
Alshop dan Heinshon (2005) menggambarkan 3 hal dalam lingkup pemberdayaan, yaitu
pemberdayaan politik, pemberdayaan ekonomi
dan pemberdayaan sosial, sedangkan Ndraha (dalam Sumaryadi, 2005)
menyebutkan satu lingkup lainnya
pemberdayaan lingkungan.
Pemberdayaan
politik lebih mengarah kepada upaya untuk menyadarkan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam politik dan meningkatkan posisi tawar
masyarakat terhadap pemerintah atau pihak-pihak lainnya, yang meliputi aspek-
aspek penegakan keadilan, kepemimpinan politik, dan pelayanan publik.











masyarakat untuk berpartisipasi dalam politik dan meningkatkan posisi tawar
masyarakat terhadap pemerintah atau pihak-pihak lainnya, yang meliputi aspek-
aspek penegakan keadilan, kepemimpinan politik, dan pelayanan publik.












Pemberdayaan ekonomi adalah pendekatan yang
diutamakan kepada
masyarakat
kelas bawah untuk mampu beraktifitas dalam
bidang ekonomi dan memiliki
penghasilan yang lebih baik, sehingga mampu menanggung dampak negatif dari
pertumbuhan yang terjadi. Pemberdayaan sosial lebih merupakan upaya untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan menyadarkan posisi dan
peran seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial dalam komunitasnya.
Permberdayaan lingkungan adalah upaya yang dimaksudkan untuk menjaga
kelestarian lingkungan dan menjain hubungan baik dalam interaksi manusia
dengan lingkungannya.
penghasilan yang lebih baik, sehingga mampu menanggung dampak negatif dari
pertumbuhan yang terjadi. Pemberdayaan sosial lebih merupakan upaya untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan menyadarkan posisi dan
peran seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial dalam komunitasnya.
Permberdayaan lingkungan adalah upaya yang dimaksudkan untuk menjaga
kelestarian lingkungan dan menjain hubungan baik dalam interaksi manusia
dengan lingkungannya.
Tingkatan
pemberdayaan adalah semacam batasan luasan wilayah dalam
proses pemberdayaan. Alshop dan Heinshon (2005) menjabarkan tingkatan
proses pemberdayaan. Alshop dan Heinshon (2005) menjabarkan tingkatan
pemberdayaan menjadi tiga tingkatan yaitu local level, intermediary
level, dan
macro level. Fujikake (2008) mengemukakan tingkatan pemberdayaan yang
macro level. Fujikake (2008) mengemukakan tingkatan pemberdayaan yang
serupa dengan Alshop dan Haeinshon yaitu
sebagai berikut: micro
level, meso level
dan macro
level. Maksud dari tingkatan micro atau lokal yaitu dalam batasan wilayah lingkungan sekitar masyarakat
tersebut atau pada tataran desa atau sekitar tempat tinggal. Tingkatan meso atau intermediary meliputi wilayah kota, jaringan atau hubungan antar
organisasi dan pihak eksternal lain. Tingkatan macro adalah tingkatan yang lebih
luas dari tingkatan-tingkatan sebelumnya, yaitu setingkat pengambilan keputusan dalam lingkup nasional.
2.1.4
Faktor yang Mempengaruhi Pemberdayaan
Masyarakat
Konsep
pemberdayaan dalam paradigma pembangunan masyarakat pada sebuah komunitas bisa dianggap sebagai konsep yang relatif lebih baik dan
membawa manfaat yang lebih besar, namun dalam implementasinya
masyarakat tidak akan serta merta ikut dan berpartisipasi penuh dalam program
tersebut. Hal tersebut dikarenakan
ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi pemberdayaan
masyarakat, yang oleh Sumaryadi (2005: 154-158) dijabarkan menjadi 8 faktor yang berpengaruh sebagai
berikut:
1. Kesediaan
suatu komunitas untuk menerima pemberdayaan bergantung pada
situasi yang dihadapinya.
2. Pemikiran
bahwa pemberdayaan tidak untuk semua orang, dan adanya
persepsi
dari pemegang kekuasaan
dalam komunitas tersebut
bahwa pemberdayaan dapat mengorbankan diri mereka
sendiri.
3. Ketergantungan adalah budaya, dimana masyarakat sudah terbiasa berada
dalam hirarki,
birokrasi dan kontrol
manajemen yang tegas
sehingga
membuat mereka terpola dalam berpikir dan berbuat dalam rutinitas.
4. Dorongan dari para pemimpin setiap komunitas untuk tidak mau
melepaskan kekuasaannya, karena inti dari pemberdayaan adalah berupa
pelepasan sebagian kewenangan untuk diserahkan kepada masyarakat
sendiri.
membuat mereka terpola dalam berpikir dan berbuat dalam rutinitas.
4. Dorongan dari para pemimpin setiap komunitas untuk tidak mau
melepaskan kekuasaannya, karena inti dari pemberdayaan adalah berupa
pelepasan sebagian kewenangan untuk diserahkan kepada masyarakat
sendiri.
5. Adanya batas pemberdayaan, terutama terkait dengan siklus pemberdayaan
yang
membutuhkan waktu relatif
lama dimana pada
sisi yang lain kemampuan
dan motivasi setiap orang berbeda-beda.
6. Adanya
kepercayaan dari para pemimpin komunitas untuk mengembangkan
pemberdayaan dan
mengubah persepsi mereka
tentang anggota
komunitasnya.
7. Pemberdayaan
tidak kondusif bagi perubahan yang cepat.
8. Pemberdayaan
membutuhkan dukungan sumber daya (resource)
yang besar,
baik dari segi pembiayaan maupun waktu.
Berdasarkan
faktor-faktor tersebut di atas, maka hasil dari sebuah upaya pemberdayaan akan sangat tergantung dari kondisi
masyarakat dan peran serta semua
stakeholder yang terlibat dalam program pemberdayaan tersebut.
No comments:
Post a Comment