A.
Pendahuluan
Kondisi
ketenagakerjaan di Kota Cimahi merupakan salah satu sektor yang sangat penting
untuk diperhatikan, mengingat karakteristiknya yang bersinggungan langsung
dengan penciptaan kesejahteraan masyarakat Kota Cimahi, ditambah lagi dengan
karakter Kota Cimahi yang telah lama memiliki kantung-kantung daerah industri
yang menyerap banyak tenaga kerja dalam kerangka hubungan industrial.
Dengan meningkatnya jumlah pencari kerja baik di sektor
informal maupun sektor formal, sementara kemampuan dan kesempatan kerja relatif terbatas
menimbulkan adanya kesenjangan antara sediaan tenaga
kerja dengan kebutuhan akan tenaga
kerja. Kondisi ini menyebabkan munculnya permasalahan ketenagakerjaan dan
pengangguran yang dihadapi oleh setiap kota termasuk Kota Cimahi.
Masalah ketenagakerjaan berkaitan dengan aspek-aspek
lainnya seperti aspek ekonomi,
aspek sosial budaya, aspek kesejahteraan
dan bahkan berkaitan dengan aspek
sosial politik sehingga untuk mengatasinya diperlukan kerjasama lintas
SKPD. Secara umum permasalahan
ketenagakerjaan antara lain mencakup
masalah penciptaan lapangan kerja; masalah penganggur dan setengah
penganggur; masalah
pengiriman tenaga kerja ke luar negeri; masalah pelatihan kerja; dan masalah
pembinaan hubungan industrial. Disamping hal tersebut masih ada beberapa permasalahan
lainnya yaitu masalah
perundang-undangan ketenagakerjaan,
informasi dan perencanaan tenaga kerja, antar daerah dan penempatan di
luar negeri, pelatihan dan produktivitas kerja.
Dari hal di atas terlihat bahwa masalah
ketenagakerjaan adalah masalah yang memiliki kompleksitas tinggi, akan tetapi
hal ini menuntut untuk segera diatasi, karena
bila tidak diatasi maka akan menambah banyak jumlah pengangguran,
sementara tren kedepan pertumbuhan kesempatan kerja relatif sedikit, hal ini
menyebabkan akan makin besarnya kesenjangan antara pencari kerja dan kesempatan yang tersedia, yang kemudian akan
berimplikasi pada berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti menurunnya daya
beli, meingkatnya jumlah penduduk miskin. Implikasi tersebut akan berlanjut
pada kemampuan pendidikan, kesehatan,
kesejahteraan masyarakat, bahkan bukan tidak mungkin akan meningkatkan
kerawanan sosial masyarakat.
Permasalahan
ketenagakerjaan pada saat ini menjadi salah satu prioritas pembangunan di Kota
Cimahi, mengingat jumlah pengangguran di
Koya Cimahi masih cukup tinggi dan mendesak untuk segera diatasi. Selain itu
permasalahan ketenagakerjaan merupakan salah satu kebijakan politik Walikota
terpilih yang mencanangkan perluasan kesempatan kerja. Untuk mencapai hal
tersebut maka perlu dilakukan upaya perencanaan tenaga kerja di tingkat Kota Cimahi yaitu suatu rencana yang memuat
pendayagunaan tenaga kerja secara optimum, efisien dan produktif guna mendukung
pertumbuhan ekonomi/sosial yang bertujuan untuk memperluas kesempatan kerja,
meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan kesejahteraan pekerja. Untuk
mencapai hal tersebut
perlu dinalisis pembangunan di bidang ketenagakerjaan yang sesuai dengan
situasi
dan kondisi Kota Cimahi.
B.
Maksud
dan Tujuan
Maksud
untuk mengetahui perkembangan tingkat partisipasi angkatan kerja dan tingkat
pengangguran di Kota Cimahi dan untuk memperkirakan kemungkinan solusi untuk
mengatasi tingkat pengangguran.
Tujuan
a. Menganalisis kondisi ketenagakerjaan
Kota Cimahi untuk dijabarkan
kedalam kebijakan-kebijakan.
b. Bahan
masukan dalam pengambilan kebijakan dalam mengatasi tingkat pengangguran di
Kota Cimahi
C. Kerangka
Konseptual
Tenaga Kerja
Menurut UU No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun masyarakat.
Berdasarkan konsep International Labour
Organisation (ILO) penduduk dapat dibagi menjadi tenaga kerja dan bukan tenaga
kerja.
Angkatan Kerja
Penduduk usia kerja terbagi dalam dua
kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja mencakup
penduduk usia kerja yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak
bekerja dan pengangguran
Bukan Angkatan Kerja
Penduduk usia kerja yang tidak termasuk angkatan kerja,
meliputi mereka yang mempunyai kegiatan bersekolah dan atau mengurus rumah
tangga.
Bekerja
1.
Kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan
atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang
lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang
membantu dalam suatu usaha atau kegiatan ekonomi.
2.
Konsep bekerja satu jam
digunakan oleh banyak negara diantaranya Filipina, Bulgaria, Hungaria,
Polandia, Romania, Federasi Rusia, dan lainnya.
3.
Sementara tidak bekerja adalah
keadaan dari seseorang yang mempunyai pekerjaan, tetapi selama seminggu yang
lalu tidak bekerja karena beberapa sebab misal menunggu panen, mogok, dan
lain-lain. Bekerja termasuk mereka yang sementara tidak bekerja.
Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja adalah jumlah lapangan kerja yang tersedia bagi
masyarakat, baik yang telah ditempati maupun lapangan kerja yang masih kosong.
Kesempatan kerja menggambarkan tersedianya lapangan kerja di masyarakat karena
itu sering diartikan sebagai permintaan terhadap tenaga kerja (demand for labour force).
Pengangguran
Pengangguran dapat diartikan sebagai berikut:
a.
Orang
yang sedang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan
b.
Orang
yang sedang mempersiapkan suatu usaha baru
c.
Orang
yang tidak memiliki pekerjaan karena merasa tidak mungki
mendapat pekerjaan
d.
Orang
yang sudah mendapat pekerjaan tetapi belum mulai bekerja
Adapun jenis-jenis pengangguran adalah sebagai berikut:
a.
Pengangguran
Normal yaitu golongan angkatan kerja yang betul-betul tidak mendapatkan
pekerjaan karena pendidikan dan keterampilan tidak memadai
b.
Pengangguran
Terselubung yaitu golongan angkatan kerja yang kurang dimanfaatkan dalam
pekerja atau golongan yang melakukan pekerjaan tetapi hasilnya tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan
c.
Pengangguran
Terbuka yaitu golongan angkatan kerja yang betul-betul tidak mendapatkan
kesempatan bekerja sehingga tidak mendapatkan penghasilan.
Jenis pengangguran
terbuka terdiri atas:
a)
Pengangguran
Friksional yaitu pengangguran temporer (sementara) yang terjadi atas perubahan
dan dinamika ekonomi
b)
Pengangguran
Musiman ysitu pengangguran yang terjadi karena pergantian musim sehingga
mempengaruhi jumlah pekerjaan yang tersedia di beberapa industri, misalnya pada
sektor pertanian
c)
Pengangguran
Konjungtural yaitu pengangguran yang terjadi karena berkurangnya permintaan
barang dan jasa, terutama pada saat resesi atau defresi ekonomi sehingga
perusahaan terpaksa mengurangi tenaga kerja dan berhenti memperkerjakan
orang baru
d)
Pengangguran
Struktural yaitu pengangguran yang muncul akibat perubahan struktur ekonomi.
Misalnya struktur agraris berubah menjadi industri
e)
Pengangguran
Sukarela yaitu Pengangguran yang terjadi karena adanya orang yang sesungguhnya
masih dapat bekerja, tetapi dengan sukarela dia tidak mau bekerja karena
mungkin sudah cukup dengan kekayaan yang dimilikinya
f)
Pengangguran
Deflasioner yaitu pengangguran yang disebabkan lowongan pekerjaan tidak cukup
untuk menampung pencari kerja.
g)
Pengangguran
Teknologi yaitu pengangguran yang disebabkan karena kemajuan teknologi.
Indikator Kunci Ketenagakerjaan
Indikator Kunci Ketenagakerjaan/ Key
Indicator Labor Market (KILM) adalah indikator-indikator pokok ketenagakerjaan
yang ditetapkan oleh International Labor Office (ILO), dan menjadi acuan secara
internasional. Dari 20 KILM ILO, pada umumnya di Indonesia hanya 11 KILM yang dapat dihitung yaitu
:
1)
KILM 1: Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK)
TPAK mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang
aktif secara ekonomi di suatu negara atau wilayah. Indikator ini menunjukkan
besaran relatif dari pasokan tenagakerja (labor supply) yang bersedia untuk
memproduksi barang atau jasa dalam suatu perekonomian.

2)
KILM 2 : Rasio Penduduk yang Bekerja

3).KILM 3 :
Status Pekerjaan

Kategori Status
Pekerjaan Utama :
1.
Berusaha Sendiri
2.
Berusaha dibantu
Buruh Tidak Tetap/ Buruh tak Dibayar
3.
Berusaha dibantu
Buruh Tetap/ Buruh Dibayar
4.
Buruh/ Karyawan/
Pegawai
5.
Pekerja Bebas di
Pertanian
6.
Pekerja Bebas di
non Pertanian
7.
Pekerja
Keluarga/tak Dibayar
4). KILM 4 :
Lapangan Pekerjaan

Kategori Lapangan
Pekerjaan Utama :
1.
Pertanian
2.
Pertambangan
3.
Industri
4.
Listrik, Gas dan
Air
5.
Konstruksi
6.
Perdagangan
7.
Transportasi
8.
Keuangan
9.
Jasa
Kemasyarakatan
5). KILM 6 : Penduduk yang Bekerja menurut Jam Kerja
Pengelompokan penduduk bekerja menurut jam
kerja pada umumnya diklasifikasikan dalam 3 kelompok besar, yaitu:
a.
Pekerja yang
bekerja dengan jam kerja pendek (0-14 jam perminggu)
b.
Pekerja yang bekerja dengan jam kerja kurang
dari 35 jam perminggu
c.
Pekerja yang
bekerja melebihi jumlah jam kerja normal
6). KILM 7 : Penduduk yang Bekerja di Sektor Informal


7). KILM 8 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
TPT memberikan indikasi tentang besarnya penduduk usia
kerja yang bersedia bekerja tetapi belum mendapatkan pekerjaan.

8). KILM 9: Pengangguran Usia Muda
1.
Usia muda yang
dicakup di sini berada di antara 15 – 24 tahun dan usia dewasa merujuk pada
kelompok usia 25 tahun lebih.
2.
Pengukuran
pengangguran usia muda meliputi empat kelompok besar, yaitu:
a.
Tingkat
pengangguran usia muda (Youth Unemployment Rate)
b.
Rasio dari
tingkat pengangguran usia muda terhadap tingkat pengangguran usia dewasa
c.
Pengangguran usia
muda sebagai proporsi dari total pengangguran
d.
Pengangguran usia
muda sebagai proporsi dari total penduduk
9). KILM 11: Pengangguran menurut Pendidikan
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dibagi dalam 10
kategori, yaitu:
a.
Tidak/Belum Pernah Sekolah
b.
Tidak/Belum Tamat Sekolah Dasar
c.
Sekolah Dasar
d.
Sekolah Menengah Pertama
e.
Sekolah Menengah Pertama
Kejuruan
f.
Sekolah Menengah Umum
g.
Sekolah Menengah Umum Kejuruan
h.
Diploma I/II
i.
Akademi/Diploma III
j.
Universitas/Diploma IV
10). Kilm 13 : Penduduk Bukan
Angkatan Kerja (BAK) dalam Usia Produktif Prima

11). KILM 14 : Angkatan Kerja
menurut Pendidikan yang Ditamatkan
Indikator ini
mencerminkan tingkat kompetensi dan tingkat keahlian kerja yang tersedia dalam
pasar kerja.
D. Metode
Studi ini dilakukan melalui pengumpulan
data sekunder. Untuk pengumpulan data sekunder didapat dengan mengumpulkan dari
berbagai sumber seperti:
1. Data yang
berhubungan dengan bidang ketenagakerjaan yang bersumber dari BPS
2.
Data operasional bidang ketenagakerjaan
yang berasal dari SKPD terkait
3.
Data lainnya yang relevan dengan bidang
ketenagakerjaan yang berasal dari mass media cetak dan elektronik, dan internet
E. Pembahasan
Masalah ketenagakerjaan di Kota Cimahi berawal dari cukup tingginya jumlah
usia produktif / angkatan kerja yang tidak terserap di lapangan kerja. Penduduk
Kota Cimahi secara struktur gemuk di tengah artinya banyak usia produktif (Usia
Kerja).
Tabel 1. Penduduk Usia Kerja di Kota Cimahi Tahun 2014
URAIAN
|
TAHUN 2014
|
ANGKATAN KERJA
|
270,284
|
BEKERJA
|
244,278
|
PENGANGGUR
|
26,006
|
BUKAN ANGKATAN KERJA
|
163,173
|
SEKOLAH
|
55,297
|
MENGURUS RUMAH TANGGA
|
90,923
|
LAINNYA
|
16,953
|
PENDUDUK USIA KERJA
|
433,457
|
TPAK (%)
|
62.36
|
TPT (%)
|
9.62
|
Sumber: Sakernas BPSTahun 2014
Dari tabel
diatas terlihat penduduk Kota Cimahi usia kerja sebanyak 433.457 orang yang
terdiri dari angkatan kerja sebesar 270.284 orang dan bukan angkatan kerja
163.173 orang. Dari Penduduk angkatan kerja yang bekerja sebesar 244.278 orang
danyang menganggur 26.006 orang. Hal ini berarti angka Tingkata Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 62,36% dan tingkat Pengangguran Terbuka (9,62%). Dengan
TPT yang mencapai 9,62% ini merupakan peringatan bagi Kota Cimahi artinya bila
tidak dicari solusinya akan berdampak negatif seperti kerawanan sosial dan
kecemburuan sosial yang akan menganggu harmonisasi masyarakat Kota Cimahi.
Penduduk usia
kerja di Kota Cimahi didominasi oleh lulusan pendidikan setingkat SLTA yang
mencapai 39.15% dan bertrut-turt=ut untuk peringkat kedua dan ketiga yaitu
lulusan SLTP dan SD. Sedangkan untuk lulusan Universitas mencapai 12.05%. dan
untuk lulussan Diploma hanya mencapai 5,33%.
Tabel 2. Penduduk Usia Kerja di Kota Cimahi Menurut Pendidikan
dan jenis Kelamin Tahun 2014
Pendidikan
|
Tahun 2014
|
≤SD
|
20.52
|
SMTP
|
22.95
|
SMTA
|
39.15
|
DIPLOMA I/II/III/AKADEMI
|
5.33
|
UNIVERSITAS
|
12.05
|
|
100
|
JUMLAH
|
433,457
|
|
|
JENIS KELAMIN
|
|
Laki-Laki
|
50.26
|
Perempuan
|
49.74
|
Sumber: Sakernas BPSTahun 2014
Berdasarkan data
ini, maka perlu upaya yang serius dari Pemerintah Kota Cimahi dalam
meningkatkan rata-rata lama sekolah penduduknya, sehingga dapat bersaing dalam
mendapatkan peluang kerja dan dapat bersaing secara global.
Tabel 3. Penduduk Usia Kerja di Kota Cimahi Menurut
Golongan Umur Tahun 2014
Golongan Umur
|
Tahun 2014
|
15-24
|
24.86
|
25-34
|
25.15
|
35-44
|
21.76
|
45-54
|
14.82
|
55+
|
13.41
|
|
100.00
|
JUMLAH
|
433,457
|
Sumber: Sakernas BPSTahun 2014
Penduduk usia
kerja bila dilihat dari kelompok umur, maka kelompok umur 15-34 merupakan
kelompok umur yang merupakan penduduk usia kerja yang paling besar yaitu antara
24.86 – 25.15%. Hal ini menunjukkan bahwastruktur penduduk kota Cimahi lebih
banyak pada usia produktif dibandingkan dengan usia non produktif.
Tabel 4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kota
Cimahi Menurut Golongan Umur Tahun 2014
Golongan Umur
|
Tahun 2014
|
15-24
|
41.46
|
25-34
|
78.60
|
35-44
|
76.75
|
45-54
|
70.95
|
55+
|
37.77
|
TPAK
|
62.36
|
Sumber: Sakernas BPSTahun 2014
Untuk tingkat
partisipasi angkatan kerja (TPAK) kelompok umur yang terbesar ada pada kelompok
umur 25-34 tahun dan tidak berbeda jauh persentasenya dengan kelompok umur
35-44 tahun dan 45-54 tahun. Sekali lagi data ini menunjukka bahwa struktur
penduduk di Kota Cimahi didominasi oleh kelompok umur usia produktif.
Tabel 5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kota
Cimahi Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Pendidikan
|
Tahun 2014
|
≤SD
|
59.99
|
SMTP
|
50.78
|
SMTA
|
64.40
|
DIPLOMA I/II/III/AKADEMI
|
65.65
|
UNIVERSITAS
|
80.33
|
TPAK
|
62.36
|
|
|
JENIS KELAMIN
|
|
Laki-Laki
|
79.75
|
Perempuan
|
44.84
|
Sumber: Sakernas BPSTahun 2014
Sedangkan untuk
Tingkat partisipasi angkatan kerja menurut pendidikanyang paling besar ada pada
tingkat pendidikan sarjana dan paling kecil pada pendidikan SLTP, dan untuk
jenis kelamin antara pria dan wanita tingkat partisipsinya laki-laki lebih besar
dari perempuan , hal ini terjadi dikarenakan banyak wanita yang berusia
angkatan kerja berada pada status bukan angkatan kerja yaitu mengurus rumah
tangga.
Tabel 6. Angkatan Kerja di Kota Cimahi Menurut
Golongan Umur Tahun 2014
Golongan Umur
|
Tahun 2014
|
15-24
|
16.53
|
25-34
|
31.71
|
35-44
|
26.78
|
45-54
|
16.86
|
55+
|
8.13
|
|
100.00
|
JUMLAH
|
270,284
|
Sumber: Sakernas BPSTahun 2014
Dari tabel
diatas dapat dinyatakan bahwa penduduk kelompok umur 25-34 tahun merupakan
angkatan kerja yang merupakan capaiannya paling besar yaitu sebesar 31.71% dari
jumlah penduduk pada kelompok tersebut , sedangkan jumlah yang terkecil
angkatan kerja ada pada kelompok umur 55 tahun ke atas.
Tabel 7. Penduduk yang Bekerja di Kota Cimahi
Menurut Golongan Umur Tahun 2014
Golongan Umur
|
Tahun 2014
|
15-24
|
14.11
|
25-34
|
31.37
|
35-44
|
28.50
|
45-54
|
17.63
|
55+
|
8.39
|
100
|
|
TPAK
|
244,278
|
Sumber: Sakernas BPSTahun 2014
Kelompok umur
yang bekerja berdasarkan tabel di atas yang terbesar berada pada kelompok umur
25-34 tahun (31,37%) dan yang terkecil berada pada kelompok umur 55 tahun yaitu
8,39% jika dibandingkan dengan jumlah penduduk untuk masing-masing kelompok
umur.
Tabel 8. Penduduk yang bekerja di Kota Cimahi
Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Pendidikan
|
Tahun 2014
|
≤SD
|
20.38
|
SMTP
|
18.80
|
SMTA
|
39.02
|
DIPLOMA I/II/III/AKADEMI
|
5.93
|
UNIVERSITAS
|
15.87
|
100
|
|
JUMLAH
|
244,278
|
JENIS KELAMIN
|
|
Laki-Laki
|
63.95
|
Perempuan
|
36.05
|
Sumber: Sakernas BPSTahun 2014
Penduduk yang
bekerja di Kota Cimahi bila dilihat dari pendidikan yang terbesar ada pada
lulusan SLTA yaitu mencapai 39.02% dari total jumlah penduduk yang bekerja dan yang
terkecil ada pendidikan Diploma yang hanya mencapai sebesar 5,93%. Berdasarkan
jenis kelamin laki-laki lebih besar capaiannya dibandingkan dengan
perempuan yaitu 63.95 : 36.05. Hal ini
terjadi dikarenakan banyak perempuan yang usia kerja tapi bukan angkatan kerja.
Berdasarkan
tabel 9 terlihat bahwa angkatan kerja yang paling besar berpendidikan SLTA dan
yang paling kecil diploma masing-masing capaiannya adalah 40,43% dan5,62%. Dari
data ini dapat dikatakan bahwa pekerja di Kota Cimahi hanya sebagai pekerja
kelas menengah yang paling banyak dab sedikit yang bekerja dilevel manejemen
karena dilevel itu dituntut kualifikasi pendidikan yang lebih tinggi.
Tabel 9. Angkatan Kerja di Kota Cimahi Menurut
Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Pendidikan
|
Tahun 2014
|
≤SD
|
19.74
|
SMTP
|
18.69
|
SMTA
|
40.43
|
DIPLOMA I/II/III/AKADEMI
|
5.61
|
UNIVERSITAS
|
15.53
|
100
|
|
JUMLAH
|
270,284
|
JENIS KELAMIN
|
|
Laki-Laki
|
64.17
|
Perempuan
|
35.83
|
Sumber: Sakernas BPSTahun 2014
Tabel 10.
Penduduk yang Bekerja di Kota Cimahi Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2014
Lapagan Pekerjaan
|
Tahun 2014
|
Pertanian, kehutanan dan perikanan
|
1.10
|
Pertambangan dan penggalian
|
0.66
|
Industri pengolahan
|
31.08
|
Listrik, gas dan air
|
0.35
|
Bangunan
|
5.61
|
Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel
|
27.65
|
Angkitan,pergudangan dan komunikasi
|
4.64
|
Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunanm tanah, dan jasa
perusahaan
|
4.12
|
Jasa kemasyarakatan
|
24.79
|
100
|
Sumber: Sakernas BPSTahun 2014
Tenaga kerja yang ada di Kota
Cimahi diserap melalui berbagai lapangan pekerjaan. Berdasarkan data pada tabel
di atas, angkatan kerja yang bekerja disektor industri pengolahan menenpati
urutan pertama yaitu sebesar 31,08% dari jumlah penduduk yang bekerja yang
sebesar 244.278. Sedangkan sektor yang paling kecil ada pada sektor listrik,
gas dan air yang hanya mencapai 0.35%.
Tabel 11. Tingkat Pengangguran di Kota Cimahi
Menurut Golongan Umur Tahun2014
Golongan Umur
|
Tahun 2014
|
15-24
|
22.81
|
25-34
|
10.59
|
35-44
|
3.83
|
45-54
|
5.51
|
55+
|
6.65
|
TPT
|
9.62
|
JUMLAH
|
26,006
|
Sumber: Sakernas BPSTahun 2014
Tingkat
pengangguran di Kota Cimahi berdasarkan golongan umur yang terbesar pada usia
sangat produktif yaitu umur 15 – 34 tahun yang mencapai 33.40% dari jumlah
penduduk yang berusia 15-34 di Kota Cimahi, sementara tingkat pengangguran yang
terkecil pada kelompok umur 35-44 tahun yaitu sebesar 3.83% dari jumlah
penduduk usia 35-44 tahun yang ada di Kota cimahi. Hal ini merupakan kerugian
yang besar bagi Kota cimahi bila tidak ada upaya yang signifikan karena pad
auisa tersebut (15-34) merupakan usia yang paling produktif dan bisa berakibat
buruk bagi kehidupan soaial kemasyarakatan di Kota Cimahi.
Tabel 12. Tingkat Pengangguran di Kota Cimahi
Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Pendidikan
|
Tahun 2014
|
≤SD
|
6.71
|
SMTP
|
9.08
|
SMTA
|
12.78
|
DIPLOMA I/II/III/AKADEMI
|
4.52
|
UNIVERSITAS
|
7.61
|
TPT
|
9.62
|
JUMLAH
|
26,006
|
JENIS KELAMIN
|
|
Laki-Laki
|
9.93
|
Perempuan
|
9.07
|
Sumber: Sakernas BPSTahun 2014
Berkaitan dengan
masalah pengangguran, berdasarkan data di atas jumlah penganggur di Kota
Cimahi tercatat sebanyak 26.006 orang
atau sebesar 9,62% dari angkatan kerja yang berjumlah sebanyak 270..284 orang.
Tidak termasuk penduduk yang sedang mengikuti pendidikan (pelajar/mahasiswa),
dan tidak termasuk penduduk perempuan yang berstatus mengurus rumah tangga.
Para penganggur tersebut antara laki-laki dan wanita relatif seimbang yakni
laki-laki 9,93 dan wanita 9,07.
Jumlah
penganggur 26.006 orang tersebut, terdiri dari angkatan kerja meliputi lulusan SLTP dan SLTA yang tidak
melanjutkan pendidikan dan sedang mencari kerja, korban PHK dan penduduk
pendatang/pindahan dari luar Kota Cimahi yang belum atau sedang mencari
pekerjaan di Kota Cimahi. Bila dilihat berdasarkan tingkat pendidikan ternyata
jumlah terbesar penganggur tersebut adalah berpendidikan SLTA yaitu sebesar
12.78% dari total penganggur.
Pembangunan
bidang ketenagakerjaan harus dapat berfungsi sebagai solusi terhadap berbagai
permasalahan yang muncul saat ini seperti tingkat pengangguran, sekaligus juga
harus dapat bersifat antisipatif terhadap berbagai masalah yang mungkin akan
muncul dalam waktu dekat ataupun di masa yang akan datang. Perkembangan
masalah ketenagakerjaan yang memerlukan perhatian di Kota Cimahi adalah :
1) Adanya
kecenderungan meningkatnya jumlah pencari kerja di Kota Cimahi yang disebabkan oleh:
· struktur penduduk
· banyak industri yang memasuki masa shake out bahkan cukup banyak perusahan telah tutup
· adanya kecenderungan penurunan pekerja formal.
Kecenderungan
pengurangan lapangan kerja formal di perkotaan membutuhkan perhatian khusus
mengingat sektor formal di perkotaan seharusnya menjadi penggerak perekonomian.
2) Cukup terbukanya lapangan pekerjaan di sektor informal
yang tidak dibarengi dengan meningkatnya kesejahteraan pekerja informal.
Peningkatan upah pekerja di industri besar tanpa mempertimbangkan produktifitas
akan diikuti oleh tingkat pengangguran yang meningkat serta tekanan bagi upah
pekerja informal, yang menimbulkan perbedaan upah yang semakin melebar antara
pekerja formal dan informal.
3) Saat ini terjadi degradasi kalangan terdidik, cukup
banyak pengangguran yang merupakan kalangan terdidik lulusan S1. Para lulusan
sekolah dari sistem pendidikan di Indonesia belum siap pakai di dunia kerja.
Hal ini disebabkan perencanaan sistem pendidikan belum sepenuhnya berorientasi
kepada kebutuhan lapangan kerja. Jika
dilihat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengangguran maka akan
terlihat adanya keanehan, dimana makin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi
pula tingkat pengangguran. Pendidikan tidak selalu mengatasi masalah
pengangguran. Sudah saatnya peran pendidikan non formal lebih diperbesar dalam
mengantisipasi kesempatan kerja maupun penyediaan lapangan kerja sendiri. Oleh
karena itu pendidikan non-formal perlu pula mendapat perhatian yang lebih
besar.
4) Kasus PHK masih sering terdengar, baik karena telah terjadi penutupan beberapa
perusahan, atau karena penurunan kinerja perusahaan. Hal ini menunjukkan
hubungan industrial yang harmonis masih belum tercapai secara optimal, masih
banyak kondisi dimana posisi pekerja sangat lemah dibandingkan dengan
pengusaha, sehingga peran pemerintah
sangat dibutuhkan dalam hal ini.
5) Ketidakseimbangan struktur pasar kerja, yaitu adanya kelebihan tenaga
kerja tidak terampil sementara di lain
pihak kesempatan kerja dan potensi untuk menciptakan lapangan kerja sedikit,
misalnya, kurangnya modal, lemahnya jiwa
entrepreneurship dan sebagainya.
Dalam upaya memperkecil kesenjangan
antara pencari kerja dan lapangan kerja yang tersedia, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan yaitu:
- Memperbaiki
kebijakan pasar kerja agar lebih luwes dan dapat menciptakan sebanyak-banyaknya
lapangan kerja formal.
- Memperbaiki
pola hubungan industrial di antara pemerintah, pengusaha dan pekerja dalam
rangka menciptakan hubungan kerja yang harmonis.
- Menyempurnakan pelatihan tenaga kerja dan
meningkatkan kompetensi melalui sertifikasi tenaga kerja.
- Menyempurnakan mekanisme penempatan dan perlindungan
tenaga kerja
- Menyempurnakan berbagai upaya penciptaan kesempatan
kerja yang dilakukan oleh pemerintah.
- Melakukan sinergitas perencanaan pembangunan
ketenagakerjaan antara Pusat, Provinsi Jawa Barat dan Kota Cimahi.
Berdasarkan
hal diatas maka perlu difokuskan mengurangi Kesenjangan antara pencari kerja
dan lapangan yang tersedia. Ketidak seimbangan antara jumlah pencari kerja yang
dalam hal ini kita sebut supply side
dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia yang kita sebut demand side. Adanya ketidakeseimbangan
ini menimbulkan kesenjangan yang merupakan masalah bagi Kota Cimahi.
Untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut maka harus dilakukan penanganan dari dua aspek, yaitu dari aspek supply (penawaran) dan dari aspek demand (permintaan).
Penanganan dari aspek permintaan
adalah dengan membuka dan memperluas kesempatan kerja. Hal ini perlu dilakukan
kerja sama antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.
Sedangkan penanganan dari aspek
penawaran adalah dengan cara menekan pertumbuhan pencari kerja, dan menekan
pertumbuhan jumlah pengangguran, sehingga yang harus dilakukan adalah menjaga
hubungan industrial sehigga tidak terjadi PHK yang akan menambah jumlah pengangguran.
Hal lainnya adalah mendorong masyarakat untuk mencapai pendidikan setinggi
mungkin.
Bila hanya
bertumpu pada aspek permintaan saja yaitu hanya pada upaya memperbesar
kesempatan kerja, sebesar apapun kesempatan kerja dibuka dan diperluas namun
jika jumlah pencari kerja selalu meningkat maka permasalahan tetap tidak akan
terselesaikan. Oleh karena itu perlu dilakukan solusi terintegrasi antara aspek
penawaran (dengan menekan pertumbuhan jumlah pencari kerja) dan aspek
permintaan (dengan memperluas kesempatan kerja).
Supply
Side
Di sisi
supply perlu diupayakan untuk menekan
pertumbuhan pencari kerja, dan menekan pertumbuhan jumlah pengangguran. Untuk
mencapai hal ini maka perlu diupayakan diantaranya sebagai berikut:
1) Mengurangi jumlah pengangguran yang
disebabkan oleh Pemutusan Hubungan Kerja. Dengan berkurangnya jumlah pemutusan
hubungan kerja maka setidaknya tidak menambah jumlah pengangguran (pencari
kerja). Untuk itu perlu dilakukan beberapa hal diantaranya adalah :
a.
Sosialisasi berbagai peraturan
pelaksanaan tentang ketenagakerjaan
b.
Peningkatan
pengawasan, perlindungan dan penegakan hukum tehadap keselamatan dan kesehatan
kerja
c.
Membina
Iklim Industrial yang kondusif
d.
Fasilitasi
penyelesaian prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial
2) Meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk lebih mandiri dan meningkatkan minat dan kemampuan masyarakat untuk berwiraswasta. Dengan
meningkatnya minat dan kemampuan
masyarakat dalam berwiraswasta maka setidaknya akan memberikan manfaat
sebagai berikut:
a. Mengurangi jumlah pencari kerja
b. Berpotensi untuk memperluas lapangan
kerja / membuka kesempatan kerja
3) Meningkatkan tingkat pendidikan
sehingga orientasi masyarakat lebih pada meraih pendidikan lebih tinggi
terlebih dahulu bukan berpikir memperoleh pendidikan secukupnya lalu bekerja.
Pendidikan yang cukup tinggi menyebabkan pola pikir masyarakat lebih baik, hal
ini mendorong masyarakat untuk lebih terbuka wawasannya untuk bekerja tidak
hanya di Kota Cimahi tapi di daerah lain, ataupun untuk diarahkan menciptakan
lapangan kerja. Disamping itu dengan menempuh pendidikan yang lebih tinggi
tersebut paling tidak mengurangi jumlah pencari kerja untuk tahun tersebut,
karena kelompok usia kerja tersebut pada tahun yang bersangkutan tidak mencari
kerja tapi sedang menempuh pendidikan.
4) Meningkatkan kompetensi dan kualitas
para pencari kerja. Tenaga kerja yang akan terserap oleh pasar kerja adalah
para pencari kerja yang memiliki kualitas dan kompetensi yang dapat bersaing
dan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Dengan meningkatnya kompetensi dan
kualitas para tenaga kerja (pencari kerja) maka akan memperbesar jumlah pencari
kerja yang terserap oleh pasar kerja, sehingga akan mengurangi jumlah
pengangguran/ pencari kerja yang ada di Kota Cimahi. Untuk itu maka perlu dilakukan
beberapa hal yaitu:
a.
Memfasilitasi
masyarakat untuk memperoleh akses terhadap berbagai pelatihan, pendidikan, dan
kewirausahaan
b.
Membuka
kesempatan Pemagangan /Job trainning di perusahaan-perusahaan
c.
Pembentukan
Balai Latihan Kerja
d.
Melakukan
pembinaan dan peningkatan terhadap berbagai lembaga pelatihan keterampilan,
serta sertifikasi terhadap standar kualitas lembaga tersebut.
5) Penataan, penertiban dan penegakan
perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. Pada saat ini masih terdapat
sejumlah kasus seperti perselisihan antara pekerja dan pengusaha, kasus PHK yang tidak jarang berujung dengan demonstrasi /
unjuk rasa. Adanya fenomena tersebut disebabkan masih belum sepenuhnya dipahami
dan dilaksanakannya berbagai perundang-undangan ketenagakerjaan oleh pihak
pengusaha dan pekerja. Oleh karena itu perlu dilakukan penataan, penertiban dan
penegakan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
Demand
Side
Pada aspek demand diarahkan pada bagaimana memperluas kesempatan kerja, dengan
cara membuka sebanyak mungkin kesempatan kerja. Untuk mecapai hal tersebut maka
dilakukan berbagai kegiatan (indikasi)
sebagai berikut:
1) Mendorong untuk terbukanya berbagai
lapangan usaha baru oleh swasta.
Salah satu upaya memperbesar lapangan kerja adalah dengan
mendorong terciptanya berbagai lapangan usaha baru oleh swasta. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara:
a. Mendorong masuknya investasi
sehingga terbuka industri baru
b. Menjaga iklim yang kondusif untuk
investasi dan berusaha menjaga iklim yang kondusif di bidang ketenagakerjaan
Dari hal diatas terlihat bahwa untuk
mendorong menciptakan berbagai lapangan usaha baru harus dilakukan dengan
melibatkan berbagai sektor, paling tidak di bidang ketenagakerjaan. Yang harus
dilakukan adalah menjaga kondusifnya iklim ketenagakerjaan dengan cara antara
lain meningkatkan kompetensi, kualitas dan produktivitas tenaga kerja.
2) Pelaksanaan Job Fair
Salah satu
langkah aktif yang harus dilakukan oleh Dinas Kependudukan, Pencatatan Sipil,
Sosial, dan Tenaga Kerja adalah mencari, menghimpun dan mempublikasikan
berbagai peluang kerja baik yang ada di Kota Cimahi, luar kota, luar provinsi
dan luar negeri kepada masyarakat untuk berbagai tingkatan pendidikan.
Selanjutnya perlu difasilitasi agar para pencari kerja memilki akses terhadap
kesempatan tersebut. Media yang tepat untuk melakukan itu adalah pelaksanaan Job Fair / Career Day
3) Penyelenggaraan Bursa Kerja Online
Semakin pesatnya perkembangan teknologi terutama teknologi
informasi dapat meningkatkan aksesibilitas dalam mencari, menghimpun dan
mempublikasikan berbagai peluang kerja baik yang ada di Kota Cimahi, luar kota,
luar provinsi dan luar negeri kepada masyarakat untuk berbagai tingkatan
pendidikan. Dengan semakin meningkatnya penggunaan internet di masyarakat, maka
sangat tepat jika dapat diadakan suatu bursa kerja online sehingga peluang
kesempatan kerja lebih diakses oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja
4) Membina jaringan dan kerja sama
dengan berbagai perusahan lokal dan swasta yang ada di Kota Cimahi ataupun di
luar Kota Cimahi .
Untuk
memperluas kesempatan kerja, pihak pemerintah harus membina hubungan dan
membuka jaringan dengan pengusaha swasta, baik yang berada di dalam Kota Cimahi
ataupun di luar Kota Cimahi, sehingga dengan adanya hubungan yang baik maka
dapat diarahkan untuk:
·
Memperoleh
berbagai informasi kebutuhan akan tenaga kerja di perusahaan yang bersangkutan.
·
Membuka
kesempatan magang/job tranning
sehingga menambah daya saing bagi para pencari kerja.
·
Untuk
perusahaan yang bertempat di Kota Cimahi diarahkan untuk memprioritaskan tenaga
kerja dari Kota Cimahi.
5) Meningkatkan peluang penyaluran kesempatan kerja di luar Kota
Cimahi
Pada saat ini
kesempatan kerja di Kota Cimahi sangat terbatas, oleh karena itu maka harus
diarahkan para pencari kerja tersebut mencari kerja di luar Kota Cimahi, baik
lintas kota, lintas provinsi ataupun lintas negara. Untuk itu perlu dilakukan
serangkaian usaha yaitu:
·
Pencarian
informasi lowongan kerja di luar kota, luar provinsi dan luar negeri
·
Melakukan
sosialisasi bagi para pencari kerja mengenai mekanisme untuk mendapatkan
pekerjaan di luar Kota Cimahi, luar provinsi dan luar negeri
6) Peningkatan peran sektor informal
sebagai penyerap tenaga kerja
Sektor informal
sebagai salah satu penyerap tenaga kerja yang cukup banyak, sudah saatnya untuk
ditingkatkan perannya dalam penyerapan tenaga kerja. Pada saat ini masih cukup
banyak pencari kerja yang enggan memasuki sektor informal, sehingga tidak
jarang tenaga kerja di sektor informal diisi oleh pencari kerja dari luar Kota
Cimahi. Untuk itu perlu dilakukan perencanaan, penataan dan pengembangan di
sektor informal yang berkaitan dengan aspek ketenagakerjaan antara lain:
·
Pendataan
kebutuhan tenaga kerja di sektor informal
·
Keamanan dan kepastian kerja di sektor informal
7) Penerimaan CPNS di Pemerintah Kota
Cimahi
Adanya kebijakan pemerintah pusat untuk
penerimaan CPNS di daerah merupakan suatu peluang untuk penyaluran para pencari
kerja yang harus dimanfaatkan oleh Pemerintah Kota Cimahi. Berkaitan dengan hal
tersebut maka Pemerintah Kota Cimahi diharapkan dapat berkoordinasi dengan
pemerintah pusat dalam hal ini BKN sehingga kuota formasi CPNS untuk Kota
Cimahi dapat meningkat. Khusus untuk
pengisian CPNS tersebut diaharapkan diambil dari penduduk Kota Cimahi sehingga
dapat mengurangi angka pengangguran di Kota Cimahi.
F. Kesimpulan
Penanganan
masalah ketenagakerjaan di Kota Cimahi bukanlah suatu hal yang mudah dan dapat
diselesaikan dengan cepat, akan tetapi memerlukan waktu dan arah yang jelas,
serta koordinasi lintas sektor yang baik, maka dari itu komitmen dan kerja
keras dari sekuruh stakeholder yang berkaitan dengan ketenagakerjaan khususnya
penanganan pengangguran perlu disikapi dengan serius dan dilaksanakan dengan
tahap-tahapan yang jelas dan terukur.
No comments:
Post a Comment